Sabtu, 21 Mei 2016

Asuhan keperawatan Diabetes Melitus (DM)

   Tidak ada komentar     
categories: 
BAB  I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus ( DM ) adalah keadaan hyperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulakan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. ( Arief Mansjoer dkk, 2001 ).
Untuk menanggulangi masalah keperawatan pada penderita dengan diabetes mellitus, dibutuhkan suatu pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi bio, psiko, social dan spiritual melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus, diharapkan dapat mengatasi permasalahan – permasalahan yang terjadi pada penderita diabetes mellitus.



B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit diabetes melitus yang di mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa diabetes melitus.
b. Dapat menegakan diagnosa pada klien dengan diagnosa diabetes melitus.
c. Dapat menyusun rencana intervensi pada klien dengan diagnosa diabetes melitus.
d. Dapat melakukan evaluasi hasil pelaksanaan rencana intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa diabetes melitus.



B A B  II
KONSEP  TEORI

A. DEFENISI
Diabetes melitus ( DM ) adalah keadaan hyperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulakan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. ( Arief Mansjoer dkk, 2001 ).
Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang di konsumsi. Insulin yaitu suatu hormon yang di produksi pankreas  untuk  mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini tetap menimbulkan hyperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom Hyperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik ( HHNK ). Hyperglikemia jangka panjang dapat ikut  menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis ( penyakit ginjal dan mata ) dan komplikasi neuropati ( penyakit pada syaraf ). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.
Klasifikasi diabetes dibedakan berdasarkan pada penyebab, perjalanan klinik dan terapi.  Yaitu :
1. Tipe I : Diabetse melitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus [IDDM] ).
2. Tipe II : Diabetes melitus tidak tergantung insulin ( Non Insulin Dependent Diabetes Melitus [NIDDM] ).
3. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes melitus gestasional ( Gestational Diabetse Melitus [GDM] ).

B. ANATOMI FISIOLGI
1. Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung
2. Pulau langerhans adalah bagian endokrin pancreas yang merupakan kumpulan sel yang terbenam dalam jaringan pancreas.
3. Kumpulan sel – sel ini tersusun atas sel alfa, sel beta dan sel delta.

     
C. ETIOLOGI
1. Diabetes tipe I
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

D. PATOFISIOLOGI.


E. MANIFESTASI KLINIK
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Poliphagia
4. Penurunan berat badan
5. Keletihan
6. Kelainan pada kulit; gatal – gatal, bisul
7. Kelaianan ginekologi; keputihan
8. Kesemutan
9. Kelemahan tubuh
10. Luka / bisul yang tidak sembuh
11. Infeksi saluran kemih
12. Hipotensi
13. Mata rabun.

F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut diabetes mellitus
a. Hypoglikemia
b. Hyperglikemia
2. Komplikasi kronik diabetes.
a. Komplikasi makrovaskuler
1) Penyakit pembuluh darah jantung
2) Penyakit pembuluh darah perifer
3) Penyakit cerebrovaskuler
b. Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati
2) Neuropati
3) Nepropati

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.  Diet
2.  Latihan
3.  Pemantauan
4.  Terapi (jika diperlukan)
5.  Pendidikan


B A B  III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Ananmnese.
Anamnese merupakan pengkajian data awal yang meliputi tentang keluhan utama, riwayat penyakit saat ini dan riwayat penyakit dahulu.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Aktifitas / istirahat
1) Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
                 menurun, gangguan tidur / istirahat.
2) Tanda : Takikardia dan takipnea pada keluhan istirahat tau dengan
                 aktifitas, koma dan penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Kebas dan kesemutan pada ekstermitas, ulkus pada kaki.
2) Tanda : Takikardia, perubahan tekan darah postural (hiperttensi), kulit
                 panas, kering dan kemerahan.
c. Integritas ego
1) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain.
2) Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
1) Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan
                 berkemih (infeksi), ISK baru / berulang, nyeri tekan abdomen,
                 diare.
2) Tanda : Urine encer, pucat, kuning, urine berkabut, bau busuk (infeksi),
                 bising usus lemah dan menurun.
e. Makanan / cairan
1) Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, tidak mengikuti diet;
                 peningkatan masukan glukosa / karbohidrat, penurunan berat
                 badan, haus.
2) Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi
                 abdomen, muntah, pembesaran tiroid.

f. Neurosensori
1) Gejala : Pusing / pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan otot,
                 gangguan penglihatan.
2) Tanda : Disorientasi;mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut),
                 gangguan memori (baru, masa lalu).
g. Nyeri / kenyamanan
1) Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
2) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi;tampak sangat berhati - hati.
h. Pernapasan
1) Gejala : Merasa kurang oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen.
2) Tanda : Batuk dengan / tanpa sputum purulen.
i. Keamanan
1) Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2) Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak.
j. Seksualitas
1) Gejala : Rabas vagina ( cenderung infeksi ).
3. Pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium:
a. Test Darah.
American Diabetes Association ( ADA, 1993 ) mendefenisikan nilai glukosa darah normal :
1) Nilai glukosa darah puasa : kurang dari 115 mg/dl.
2) Nilai glukosa darah 2 jam post prandial : kurang dari 140 mg/dl
3) Nilai test toleransi glukosa oral antara 0 – 2 jam pengukuran : tingkat glukosa plasma s/d 200 mg/dl
b. Test Urine.
1) Test urine tentang adanya badan keton;  urine di test pada penyakit akut atau stress, ketika tingkat glukosa melebihi 240 mg/dl
2) Test urine untuk glukosa; tingkat glukosa 250 mg/dl s/d 300 mg/dl atau lebih, glukosa dapat ditemukan di urine.
3) Test urine untuk albumin; kehadiran protein dalam urine kemungkinan perubahan mikrovaskuler di ginjal.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, masukan dibatasi ( mual, muntah, kacau mental ) yang ditandai dengan peningkatan haluaran urine, penurunan berat badan tiba – tiba, kulit/membran mukosa kering, turgor kulit buruk.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan penurunan masukan oral, anorexia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran yang ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
4. Resiko tinggi perubahan sensori perceptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau insulin dan elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin ditandai dengan kurang energi berlebihan, penurunan kinerja.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati,ketergantungan pada orang lain ditandai dengan apatis, menarik diri, marah, penolakan untuk mengekspresikan perasaan sebenarnya.
7. Kurang pengetahuan tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pernyataan salah konsep, meminta informasi.

C. RENCANA INTERVENSI
Diagnosa keperawatan 1 ;
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, masukan dibatasi ( mual, muntah, kacau mental ) yang ditandai dengan peningkatan haluaran urine, penurunan berat badan tiba – tiba, kulit/membran mukosa kering, turgor kulit buruk.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil : Menunjukan keseimbangan cairan yang adekuat, tanda – tanda vital stabil.
Intervensi :
1. Pantau tanda – tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah.
Rasional ; Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.
2. Perhatikan suhu tubuh, warna kulit atau kelembabannya.
Rasional ; Demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cermin
                 dari dehidrasi.

3. Kaji nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional ; Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
                 adekuat.
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
Rasional ; Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti fungsi ginjal
                 dan keefektifan dari yang diberikan.
5. Ukur berat badan setiap hari.
Rasional ; Memberikan hasil pengkajian yang baik dari status cairan yang sedang
                 berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
6. Kaji adanya perubahan mental / sensorik
Rasional ; Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau
                  rendah ( hiperglikemia atau hipoglikemia ), elektrolit yang berlebihan.

Diagnosa keperawatan 2;
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan penurunan masukan oral, anorexia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran yang ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil : Berat badan klien stabil.
Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional ; Mengkaji masukan makanan yang adekuat ( termasuk absorbsi dan
                 kualitasnya ).
2. Tentukan program diet dan pola makan klien dan bandingakan makanan yang dapat dihabiskan klien.
Rasional ; Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
                 terapeutik.
3. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan etnik / kultural.
Rasional ; Makanan yang disukai klien dapat dimasukan dalam perencanaan makan. Kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

4. Libatkan keluarga klien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional ; Memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan
 nutrisi klien.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional ; Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
                 memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Diagnosa keperawatan 3 ;
Resiko tinggi terhadap infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan tekhnik untuk mencegah terjadinya infeksi
Intervensi :
1. Observasi tanda – tanda infeksi dan peradangan.
Rasional ; Klien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
                 mencetuskan keadaan ketoasidosis dan dapat mengalami infeksi
                 nasokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional ; Mencegah timbulanya infeksi silang ( infeksi nasokomial ).
3. Pertahankan tekhnik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional ; Kadar glukosa yang tinggi dalam darah menjadi media terbaik bagi
                 pertumbuhan kuman.
4. Bantu klien untuk melakukan hygiene oral.
Rasional ; Mencegah resiko tejadi penyakit mulut / gusi.
5. Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat.
Rasional ; Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
6. Berikan obat anti biotik yang sesuai.
Rasional ; Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

Diagnosa keperawatan 4 ;
Resiko tinggi perubahan sensori perceptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau insulin dan atau elektrolit.
Tujuan : Perubahan sensori perceptual tidak terjadi.
Kriteria hasil : Mempertahankan tingkat mental biasanya.
Intervensi :
1. Pantau tanda – tanda vital dan status mental
Rasional ; Sebagai dasar untuk temuan abnormal.
2. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat klien.
Rasional : Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat memperbaiki
                 daya pikir.
3. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada bahu/kaki.
Rasional ; Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat.
4. Pelihara aktivitas rutin klien sekonsisten mungkin.
Rasional ; Membantu klien tetap berhubungan dengan realitas dan
                 mempertahankan orientasi dengan lingkungan.
5. Berikan tempat tidur yang lembut.
Rasional ; Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan
                 kulit karena panas.
6. Bantu klien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
Rasional ; Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan
                 dipengaruhi.

Diagnosa keperawatan 5 ;
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin ditandai dengan kurang energi berlebihan, penurunan kinerja.
Tujuan : Kelelahan teratasi
Kriteria hasil : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas.
Rasional ; Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas
                 meskipun klien mungkin sangat lemah.
2. Berikan aktifitas alternatif dengan periode aktifitas yang cukup / tanpa gangguan.
Rasional ; Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.
Rasional ; Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat di toleransi secara
                 fisiologis.
4. Diskusikan cara hemat kalori selama mandi, berpindah tempat tidur dan sebagainya.
Rasional ; Klien akan dapat melakukan kegiatan dalam penurunan kebutuhan
                 akan energi pada setiap kegiatan.
5. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktifitas sehari – hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Rasional ; Meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat
                 aktifitas yang dapat di toleransi klien.

Diagnosa keperawatan 6 ;
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati,ketergantungan pada orang lain ditandai dengan apatis, menarik diri, marah, penolakan untuk mengekspresikan perasaan sebenarnya.
Tujuan : Ketidakberdayaan teratasi.
Kriteria hasil : Klien akan mengidentifikasi cara – cara sehat untuk menghadapi
                               perasaan.
Intervensi :
1. Anjurkan klien atau keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional ; Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan
                 masalah.
2. Akui normalitas dari perasaan.
Rasional ; Pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu untuk memecahkan
                 masalah dan mencari bantuan sesuai kebutuhan.
3. Kaji bagaimana klien telah menangani masalahnya di masa lalu.
Rasional ; Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan
                 terhadap tujuan penanganan.
4. Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang terdekat.
Rasional ; Tenaga dan pemikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan
                 diabetik yang sering kali memindahkan fokus hubungan.
5. Berikan dukungan pada klien untuk ikut serta dalam perawatan diri.
Rasional ; Meningkatkan perasaa kontrol terhadap situasi.
Diagnosa keperawatan 7 ;
Kurang pengetahuan tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pernyataan salah konsep, meminta informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah tentang prognosis dan pengobatan
                               penyakitnya.
Kriteria hasil : Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi
                               dalam pengobatan.
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk klien.
Rasional ; Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum klien
                 bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2. Bekerjasama dengan klien dalam memantau tujuan belajar yang diharapkan.
Rasional ; Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerjasama
                 pasien dengan prinsip – prinsip yang dipelajari.
3. Pilih lembaga strategi belajar, seperti tekhnik demonstrasi.
Rasional ; Penggunaan cara yang berbeda tentang informasi meningkatkan
                 pekerjaan individu yang belajar.
4. Diskusikan topik – topik utama seperti ; tipe diabetes melitus yang dialami.
Rasional ; Memberikan pengetahuan dasar di mana klien dapat membuat
                 pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
5. Diskusikan tentang rencana diet.
Rasional ; Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu klien
                 dalam merencanakan makanan / mentaati peraturan.
6. Tinjau ulang program pengobatan.
Rasional ; Pemahaman tentang semua aspek yang digunakan selama pengobatan.

D. EVALUASI
1. Menunjukan keseimbangan cairan yang adekuat, tanda – tanda vital dalam rentang normal, turgor kulit baik.
2. Menunjukan berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
3. Mendemonstrasikan tekhnik, perubahan gaya untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Mengenali dan mengkopensasikan adanya kerusakan sensori.
5. Menunjukan adanya perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dan aktifitas yang diinginkan.
6. Berpartisipasi dalam merencanakan perawatan sendiri secara mandiri.
7. – Pengungkapan informasi yang akurat tentang diagnosa.
-  Aturan pengobatan pada tingkat kesiapan diri sendiri.



B A B  IV
P E N U T U P

A. KESIMPULAN
1. Penyakit diabetes mellitus adalah gangguan metabolic yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat di control, yang dikategorikan dengan hyperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidak adekuatan penggunaan insulin.
2. Penyakit diabetes mellitus ini adalah penyakit yang menyebabkan komplikasi yang banyak dan sangat berbahaya.
3. Untuk menghindari komplikasi dari diabetes mellitus adalah pengobatan dini dan perawatan yang tepat dan yang baik.
4. Untuk menanggulangi masalah keperawatan pada penderita dengan diabetes mellitus, dibutuhkan suatu pelaksanaan asuhan keperawatan / proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
5. Kerjasama yang baik antara perawat dengan klien, keluarga serta tim kesehatan lainnya akan mempermudah dalam melaksanakan proses perawatan.


B. SARAN
1. Dalam melaksnakan asuhan keperawatan / proses keperawatan hendaknya di buat secara sistimatis serta didokumentasikan dengan benar agar pelaksanaan tindakan tepat sesuai dengan yang diprogramkan.
2. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien, keluarga serta tim kesehatan lain untuk menunjang keberhasilan proses keperawatan.
3. Hendaknya para perawata lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang proses keperawatan karena perkembangan ilmu pengetahuan terus berjalan.

0 komentar:

Posting Komentar